Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Jemaat Srondol

oleh: Drs. Stefanus St., M.Kom

Gereja Kristen Jawa Tengah Utara
(disingkat GKJTU) Jemaat Srondol seperti juga gereja-gereja yang lain, merupakan suatu komunitas orang-orang yang
telah dipilih dan dipanggil oleh Allah dari segenap umat manusia melalui AnakNya sebagai satu jemaat yang berhimpun dan bersekutu dalam kesatuan iman yang benar untuk memperoleh keselamatan dan pemeliharaan Allah agar memberitakan perbuatan- perbuatanNya yang besar ke tengah-tengah dunia. Gereja ini bukan gereja suku karena pada awalnya memang beranggotakan orang Belanda, Jawa, Ambon, Tionghoa, dsb.,atau gereja dengan pilihan layanan teritorial Jawa Tengah bagian Utara, karena dalam kenyataannya ada jemaat-jemaat di Jawa bagian selatan maupun di Jawa Timur.

GKJTU Jemaat Srondol merupakan salah satu dari GKJTU-GKJTU yang ada di Indonesia ini, yang berlokasi di sebelah barat Rumah Sakit Banyumanik, atau sebelah timur swalayan ADA, daerah Semarang atas; tepatnya di jalan Nangka No 16, Srondol Wetan, Semarang - 50263. Komunikasi dengan GKJTU Srondol dapat melalui telpon nomor 024-7461612 - atau email gkjtu.srondol@gmail.com, atau melalui blog ini.

Jemaat ini tumbuh dari persekutuan Bible Kring pada tahun 1967 yang dilayani oleh Guru Injil Martodipoera dari Parepatan Agoeng Mlaten Semarang (sekarang GKJTU Semarang I). Dengan semangat swadaya, gotong royong, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya tahun 1975 jemaat ini memiliki gedung semi permanen di lokasi sekarang ini.

Tuhan yang telah memilih jemaat ini telah membuktikan pemeliharaannya sehingga jemaat tumbuh semakin besar dan dewasa, sehingga pepanthan di Srondol ini pada tanggal 29 Mei 1977 didewasakan menjadi GKJTU Jemaat Semarang IV yang kemudian berganti nama menjadi GKJTU SRONDOL (tgl 29 Mei 2008 ini GKJTU Srondol memperingati HUT Pendewasaannya yang ke 31 tahun).

Guna memberitakan perbuatan-perbuatanNya yang besar GKJTU Srondol yang telah bertumbuh selama 41 tahun (sejak persekutuan pertama) terpanggil untuk selalu menata dirinya agar kehidupan jemaat dapat berjalan dengan teratur, tertib, terencana, terkontrol, terbuka, dan terevaluasi. Dalam Rapat Kerja Fungsionaris GKJTU Srondol pada tgl 8-9 Desember 2001 ditetapkanlah visi, misi, dan strategi seperti ini.

Visi
"Jemaat yang hidupnya berpadanan dengan Injil Kristus" (Filipi 1:27)

Misi
"1. Membangun kehidupan pribadi dengan Allah dan sesama yang berlandaskan Firman Allah"
"2. Menumbuhkan semangat jemaat untuk bertanggung jawab dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara"

Strategi
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk memudahkan jemaat mencapai visi dan misi tersebut dilakukan melalui:
"1. Pelayanan Kategorial (SPA, SPR, SPP, SPW, SPL, Keluarga)"
"2. Sarana Pendukung (tempat, media komunikasi, literatur)"
"3. Penelitian dan Pengembangan (SDM, Materi, Sarana, Metode, dan Wilayah Pelayanan)"
(dikutip dari Buletin GKJTU Srondol "Jala", ed 2, Juli-Sept 2002, h.6).


Diharapkan Visi, Misi, dan Strategi tersebut menjadi acuan bagi kehidupan berjemaat agar
perbuatan-perbuatanNya yang besar ternyatakan di tengah-tengah dunia dan tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini semakin terbaca dengan jelas oleh siapa pun. Amin. Syalom.

Rabu, 23 April 2008

GEREJA SEJATI = GEREJA MISIONER

Oleh : Drs. Stefanus St., M.Kom


Misi Gereja adalah Misi Allah

Gereja barulah menjadi Gereja yang Sejati bila telah melaksanakan Misi Allah (Missio Dei) di tengah-tengah dunia. Misi dalam pengertian pengutusan didasari oleh pengutusan Allah Bapa kepada Anak dan Roh Kudus, dan pengutusan kepada GerejaNya di tengah-tengah dunia (Yoh. 20:21). Kita sebagai anggota jemaat diutus untuk menjadi saksi dan menyampaikan kabar kesukaan kepada segala makhluk, segala bangsa, dari Yerusalem sampai ke ujung bumi agar mereka yang percaya diselamatkan dari hukuman kekal (Kis. 1:8; Mat. 28:19; Mark.16:15).


Suatu pandangan yang salah menyatakan bahwa misi sama dengan pekabaran Injil (PI), mendirikan pos-pos pelayanan PI, mengkristenkan manusia yang belum menerima Kristus sebagai Juru Selamat, atau mengajak umat Kristiani dari gereja lain yang dipandang tidak memperoleh pelayanan yang memadai untuk masuk menjadi anggota gereja sendiri. Sebenarnya PI hanyalah sebagian dari misi yang harus kita emban, bukan keseluruhan misi itu sendiri yang menganggap kegiatan di luar PI bukan kegiatan misi.


Tugas Panggilan bagi Gereja dan Setiap Orang Percaya

Misi seharusnya dipahami sebagai tugas / kewajiban gereja untuk menghantarkan keselamatan bagi manusia dari hukuman kekal dan menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia dengan menciptakan kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemerdekaan, dan kesukacitaan berlandaskan kasih bagi seluruh makhluk termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini.


Bagi manusia yang belum mendengar kabar kesukaan, gereja perlu menyampaikan kabar itu; bagi yang belum memahami, gereja perlu menjelaskan; bagi yang ragu-ragu, gereja perlu mendorongnya; bagi yang sudah menerima, gereja perlu membaptiskannya dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus; bagi yang sudah beriman, gereja perlu memelihara dan mengarahkannya agar tumbuh semakin kuat.


Menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah bukan berarti menciptakan sistem pemerintahan global bagi dunia dengan Kristus sebagai Kepala Pemerintahannya, gereja-gereja sebagai lembaga pemerintah, dan kita sebagai aparaturnya. Menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia memiliki pengertian : misi seharusnya membawa kesejahteraan apabila timbul ketidakmakmuran, kemiskinan, penurunan standar kehidupan, wabah penyakit, dan bencana alam. Gereja perlu berperan aktif dalam kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat dengan cara yang cerdik sehingga tidak mengundang kecurigaan (dianggap kristenisasi) tetapi sebaiknya juga selektif sehingga tidak salah alamat atau membodohkan masyarakat.


Misi seharusnya menciptakan kedamaian apabila timbul ketidakharmonisan, perselisihan, permusuhan, perpecahan, perebutan kekuasaan, anarkisme / kekacauan, kejahatan, perusakan, kekerasan, peperangan, pembinasaan suku, ras, agama, atau golongan. Hal ini berarti gereja tidak boleh menjauhkan diri dari persoalan politik dan keamanan, melainkan perlu turut aktif berperan melalui kegiatan misionernya.


Misi yang dilaksanakan gereja seharusnya juga menciptakan keadilan bila timbul kesewenang-wenangan, penindasan, pengecilan / peniadaan arti kelompok minoritas, pengingkaran hak asasi manusia, pelecehan hukum dan konstitusi, penilaian kebenaran berdasarkan suara terbanyak baik yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan, di masyarakat, maupun di tempat kerja.


Menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah berarti pula gereja seharusnya mampu menciptakan kemerdekaan bila terjadi pemberangusan ide, penyumbatan aspirasi, pengingkaran terhadap demokrasi, tidak adanya keterbukaan, pemaksaan pendapat, penyangkalan terhadap keberbedaan, pembatasan terhadap kebebasan beragama, beribadah, dan pengembangannya.


Misi seharusnya juga mendatangkan kesukacitaan bagi seluruh makhluk termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini. Hewan, manusia, dan malaikat akan bersuka cita bila jemaat menampakkan kasihnya. Tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini akan bertumbuh dengan sempurna, keseimbangan lingkungan terpelihara, tidak terjadi kerusakan alam akibat ekploitasi, hewan akan merasa disayangi bila berada dalam lingkungan manusia kristiani.


Bila tugas panggilan misi ini telah dilaksanakan sebaik-baiknya dan jemaat taat akan pengutusan dari Allah, maka gereja tersebut adalah gereja yang sejati, gereja yang dikehendaki Allah sebagai Tubuh Kristus di dunia ini. Amin.

REFLEKSI MISI DALAM RANGKA HUT PENDEWASAAN GKJTU SRONDOL KE-31

Oleh : Drs. Stefanus St., M.Kom


Kita sebagai anggota jemaat diutus untuk menjadi saksi dan menyampaikan kabar kesukaan kepada segala makhluk, segala bangsa, dari Yerusalem sampai ke ujung bumi agar mereka yang percaya diselamatkan dari hukuman kekal (Kis. 1:8; Mat. 28:19; Mark.16:15).


Marilah kita renungkan tugas panggilan ini. Apakah kita selalu ingin diperlakukan sebagai anak kecil terus menerus dengan makanan-makanan yang lunak, dilayani, tanpa tantangan, tanpa upaya untuk meningkatkan iman kita, tanpa merasa terbeban dengan tugas misioner di tengah-tengah masyarakat?


Tanggal 29 Mei 1977 merupakan tanggal pendewasaan pepanthan di Srondol menjadi gereja yang dewasa. Dengan peringatan ulang tahun ini gereja kita telah 31 tahun, bahkan 41 tahun sejak persekutuan ini berdiri, menyediakan dirinya sebagai wahana persekutuan, pelayanan, dan kesaksian bagi jemaatnya. Selama kurun waktu itu selalu ada generasi baru yang perlu makanan-makanan lunak dan masih perlu dilayani, ada generasi yang berani menghadapi tantangan, berani melayani, bersaksi, dan mengemban tugas-tugas misioner lainnya, ada generasi yang berani berpikir ke depan, membuat terobosan-terobosan baru menuju ke arah gereja yang sejati. Kita tidak mungkin menunggu hingga seluruh warga jemaat siap tanpa kecuali. Biarlah masing-masing mengambil bagian sesuai talentanya, kemampuannya, dan posisinya dalam tubuh Kristus.


Saat ini apakah kita memiliki impian kelak gereja kita menjadi gereja yang misioner ? Ataukah kita tidak mau bermimpi seperti itu karena sudah merasa misioner, merasa cukup dengan kondisi saat ini, tidak perlu neko-neko, yang penting kehidupan jemaat berjalan lancar-lancar saja, masyarakat masih mengakui kalau di Jalan Nangka 16 ada gereja yang bernama GKJTU Srondol, itu sudah cukup. Kalau kita bermimpi yang enggak-enggak, jangan-jangan nanti malah mbubrahke tatanan. Memelihara yang di dalam saja susah, mikir diri sendiri saja sulit kok repot-repot mikir orang lain dengan misi macem-macem.


Kita seharusnya berpikir sebaliknya, dengan memiliki mimpi atau visi yang jelas tentang gereja kita ke depan, maka kita akan terpacu untuk lebih berani menilai diri sendiri, memiliki acuan yang jelas untuk menilai, berani belajar untuk menajamkan kemampuan kita, dan selalu memperbaiki diri. Bila demikian bagaimana sebaiknya mewujudkan impian menjadi gereja yang misioner? Bagaimana menjalankan misi Allah dan mencapai sasaran-sasarannya? Sarana apa sajakah yang dibutuhkan? Ada usul?

STRATEGI MISI

Oleh : Drs. Stefanus St., M.Kom


Misi dipahami sebagai tugas / kewajiban gereja untuk menghantarkan keselamatan bagi manusia dari hukuman kekal dan menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia dengan menciptakan kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemerdekaan, dan kesukacitaan berlandaskan kasih bagi seluruh makhluk termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini.


Guna mencapai sasaran misi, maka diperlukan strategi misi. Berdasarkan pengertian misi seperti yang disebut sebelumnya, maka strategi misi dapat disusun dengan pendekatan sosial, budaya, moral dan etika, serta pengajaran iman.


Pendekatan sosial lebih mudah diterima dan segera dirasakan akibatnya oleh manusia dan lingkungannya. Berbagai macam kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan peluang besar untuk menciptakan kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemerdekaan, dan kesukacitaan berlandaskan kasih bagi seluruh makhluk termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini. Anggota jemaat yang memiliki status sosial tinggi, memiliki jabatan, dan memiliki tingkat kehidupan ekonomi yang cukup di lingkungannya akan memudahkan misi ini, oleh sebab itu tidak perlu diharamkan bila jemaat berusaha memiliki hal-hal tersebut.


Dalam menjalankan misi sosial perlu diwaspadai munculnya kecurigaan terhadap misi yang penuh kasih ini dan kemungkinan terjadinya salah alamat. Tidak setiap orang mau menerima bantuan, tidak semua maksud baik diterima dengan tangan terbuka. Pemberian yang membabi buta dan pertolongan yang ‘tidak menolong’ (karena selalu memberi ikan, bukan kail) bukan perwujudan kasih yang benar. Kasih tidak untuk sesaat, tidak untuk kedok, tidak untuk menghindar, namun kasih tidak berkesudahan.


Kebudayaan merupakan sisi yang dekat dengan adat dan kebiasaan masyarakat dalam kehidupan religiusnya termasuk perlakuannya terhadap lingkungannya, hewan, tumbuhan, dan segenap alam semesta. Namun demikian pendekatan dari sisi budaya perlu diawali dengan penyeleksian yang ketat terhadap sisi-sisi gelap yang bertentangan dengan firman Tuhan.


Pendekatan dari sisi moral dan etika pada prinsipnya merupakan keteladanan bagi orang lain dalam berbuat baik (Titus 2:7) sebab anggota jemaat adalah Surat Kristus (II Kor. 3:3). Keteladanan merupakan suatu strategi yang mudah diterima, menimbulkan penghargaan, dan mengundang kepercayaan.

Pengajaran iman merupakan strategi yang tepat bagi mereka yang ragu-ragu, yang telah merespon misi, maupun yang menghendaki dialog. Namun demikian kita harus jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaan sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita (Titus 2:7b-8).

Pengajaran iman tidak selalu berarti harus ‘berkotbah’ kapan saja, dimana saja, untuk siapa saja, pada kondisi apapun juga ‘Semakin banyak diperkatakan, semakin banyak buahnya’ merupakan strategi pengajaran iman yang harus disikapi dengan matang, disesuaikan dengan aspek: kapan, dimana, siapa, dan kondisinya. Terbukti banyak orang muak dengan kata-kata yang nyinyir, sekalipun tentang ayat-ayat di Alkitab, sekalipun tentang keselamatan. Tetapi sebaliknya banyak orang yang merasa memperoleh pelabuhan yang pas setelah keluhan-keluhannya didengar, wajahnya ditatap dengan penuh kasih, pandangan matanya disambut dengan tatapan yang jernih dan tulus, tanpa kata-kata! Dan esoknya dia merindukan lagi bertemu, dan bertemu.


Dengan demikian strategi misi dengan pendekatan sosial, budaya, moral dan etika, serta pengajaran iman perlu diterapkan secara sadar, terencana, hati-hati, terbuka, terkontrol, dan terevaluasi. Syalom.

SARANA MISI

Oleh : Drs. Stefanus St., M.Kom


Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berbagai sarana dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Berita kesukaan tetap membutuhkan kemasan / bungkus yang menarik sehingga orang lain terdorong untuk mengetahui isinya. Kemasan dapat berbentuk fisik (verbal atau non-verbal) dan image / gambaran / citra. Kemasan fisik dapat berupa tulisan, prosa, puisi, pujian, gambar, film, teater, gerakan sayang lingkungan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan keamanan; sedangkan image / citra muncul dan terpancar dari pribadi manusia dan gereja bagi lingkungannya.


Sarana yang dapat dimanfaatkan untuk misi antara lain media cetak seperti buletin, majalah, buku bacaan, maupun media elektronik seperti radio, televisi, komputer, dan internet. Semuanya itu membutuhkan kemampuan penguasaan alat, cara berkomunikasi yang handal, dan penguasaan terhadap bahasa dan budaya, baik Jawa, Indonesia, Inggris, maupun bahasa-bahasa dan budaya setempat.


Sarana seperti sekolah-sekolah, rumah sakit, dan panti-panti sosial sudah banyak ditiru oleh umat lain. Tantangan yang dihadapi oleh sekolah Kristen yang memiliki siswa nonkristiani cukup besar. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan pula penciptaan sarana misi dalam bentuk lembaga seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), UKM (Usaha Kecil dan Menengah), Industri Kerajinan, Industri Rumah Tangga, Koperasi, dan komunitas maya di internet dalam bentuk milis, e-Bible Study, e-Bible FAQ, e-Bible School, information exchange, weblog, dan banyak lagi.


Sarana yang paling canggih sebenarnya adalah diri pribadi manusia seutuhnya. Setiap anggota jemaat adalah Surat Kristus (II Kor. 3:3), Garam (Mat. 5:13), Terang (Mat 5:14-16), dan Ragi (Luk.13:21). Kita dapat menjadi teladan dalam perbuatan baik, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan dalam kesucian (I Tim. 4:12b). Misi bagi segala makhluk mengandung makna tanggung jawab manusia terhadap keutuhan ciptaan Tuhan. Karena dosa manusia bumi pun ikut terkutuk (Kej. 3:17-18), segala makhluk sama-sama mengeluh dan merasa sakit waktu bersalin menanti kemerdekaan dari perbudakan untuk masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Roma 8:20-22). Allah juga menghendaki pulihnya kembali hubungan yang utuh dan menyeluruh antar-segala makhluk (Yes. 11:6-9). Tanpa peran manusia, sarana-sarana tersebut di atas tidak akan ada artinya sama sekali.


Untuk itu anggota jemaat perlu menempatkan dirinya sebagai agen-agen misi sesuai dengan keberadaan dan talenta masing-masing dan mendorong agar gerejanya menjadi gereja yang misioner, gereja yang sejati, gereja yang dikehendaki Allah sebagai Tubuh Kristus di dunia ini. Amin.

Selasa, 22 April 2008

Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) - Jemaat SRONDOL



oleh: Drs. Stefanus St., M.Kom


Gereja Kristen Jawa Tengah Utara
(disingkat GKJTU) Jemaat Srondol seperti juga gereja-gereja yang lain, merupakan suatu komunitas orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil oleh Allah dari segenap umat manusia melalui AnakNya sebagai satu jemaat yang berhimpun dan bersekutu dalam kesatuan iman yang benar untuk memperoleh keselamatan dan pemeliharaan Allah agar memberitakan perbuatan- perbuatanNya yang besar ke tengah-tengah dunia. Gereja ini bukan gereja suku karena pada awalnya memang beranggotakan orang Belanda, Jawa, Ambon, Tionghoa, dsb., atau gereja dengan pilihan layanan teritorial Jawa Tengah bagian Utara, karena dalam kenyataannya ada jemaat-jemaat di Jawa bagian selatan maupun di Jawa Timur.

GKJTU Jemaat Srondol merupakan salah satu dari GKJTU-GKJTU yang ada di Indonesia ini, yang berlokasi di sebelah barat Rumah Sakit Banyumanik, atau sebelah timur swalayan ADA, daerah Semarang atas; tepatnya di jalan Nangka No 16, Srondol Wetan, Semarang - 50263. Komunikasi dengan GKJTU Srondol dapat melalui telpon nomor 024-7461612 atau email gkjtu.srondol@gmail.com, atau melalui blog ini.

Jemaat ini tumbuh dari persekutuan Bible Kring pada tahun 1967 yang dilayani oleh Guru Injil Martodipoera dari Parepatan Agoeng Mlaten Semarang (sekarang GKJTU Semarang I). Dengan semangat swadaya, gotong royong, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya tahun 1975 jemaat ini memiliki gedung semi permanen di lokasi sekarang ini.

Tuhan yang telah memilih jemaat ini telah membuktikan pemeliharaannya sehingga jemaat tumbuh semakin besar dan dewasa, sehingga pepanthan di Srondol ini pada tanggal 29 Mei 1977 didewasakan menjadi GKJTU Jemaat Semarang IV yang kemudian berganti nama menjadi GKJTU SRONDOL (tgl 29 Mei 2008 ini GKJTU Srondol memperingati HUT Pendewasaannya yang ke 31 tahun).

Guna memberitakan perbuatan-perbuatanNya yang besar GKJTU Srondol yang telah bertumbuh selama 41 tahun (sejak persekutuan pertama) terpanggil untuk selalu menata dirinya agar kehidupan jemaat dapat berjalan dengan teratur, tertib, terencana, terkontrol, terbuka, dan terevaluasi. Dalam Rapat Kerja Fungsionaris GKJTU Srondol pada tgl 8-9 Desember 2001 ditetapkanlah visi, misi, dan strategi seperti ini.

Visi
"Jemaat yang hidupnya berpadanan dengan Injil Kristus" (Filipi 1:27)

Misi
"1. Membangun kehidupan pribadi dengan Allah dan sesama yang berlandaskan Firman Allah"
"2. Menumbuhkan semangat jemaat untuk bertanggung jawab dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara"


Strategi

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk memudahkan jemaat mencapai visi dan misi tersebut dilakukan melalui:
"1. Pelayanan Kategorial (SPA, SPR, SPP, SPW, SPL, Keluarga)"
"2. Sarana Pendukung (tempat, media komunikasi, literatur)"

"3. Penelitian dan Pengembangan (SDM, Materi, Sarana, Metode, dan Wilayah Pelayanan)"

(dikutip dari Buletin GKJTU Srondol "Jala", ed 2, Juli-Sept 2002, h.6).

Diharapkan Visi, Misi, dan Strategi tersebut menjadi acuan bagi kehidupan berjemaat agar
perbuatan-perbuatanNya yang besar ternyatakan di tengah-tengah dunia dan tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini semakin terbaca dengan jelas oleh siapa pun. Amin. Syalom.