Oleh :
Misi dipahami sebagai tugas / kewajiban gereja untuk menghantarkan keselamatan bagi manusia dari hukuman kekal dan menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia dengan menciptakan kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemerdekaan, dan kesukacitaan berlandaskan kasih bagi seluruh makhluk termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini.
Guna mencapai sasaran misi, maka diperlukan strategi misi. Berdasarkan pengertian misi seperti yang disebut sebelumnya, maka strategi misi dapat disusun dengan pendekatan sosial, budaya, moral dan etika, serta pengajaran iman.
Pendekatan sosial lebih mudah diterima dan segera dirasakan akibatnya oleh manusia dan lingkungannya. Berbagai macam kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan peluang besar untuk menciptakan kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemerdekaan, dan kesukacitaan berlandaskan kasih bagi seluruh makhluk termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan keseluruhan alam semesta ini. Anggota jemaat yang memiliki status sosial tinggi, memiliki jabatan, dan memiliki tingkat kehidupan ekonomi yang cukup di lingkungannya akan memudahkan misi ini, oleh sebab itu tidak perlu diharamkan bila jemaat berusaha memiliki hal-hal tersebut.
Dalam menjalankan misi sosial perlu diwaspadai munculnya kecurigaan terhadap misi yang penuh kasih ini dan kemungkinan terjadinya salah alamat. Tidak setiap orang mau menerima bantuan, tidak semua maksud baik diterima dengan tangan terbuka. Pemberian yang membabi buta dan pertolongan yang ‘tidak menolong’ (karena selalu memberi ikan, bukan kail) bukan perwujudan kasih yang benar. Kasih tidak untuk sesaat, tidak untuk kedok, tidak untuk menghindar, namun kasih tidak berkesudahan.
Kebudayaan merupakan sisi yang dekat dengan adat dan kebiasaan masyarakat dalam kehidupan religiusnya termasuk perlakuannya terhadap lingkungannya, hewan, tumbuhan, dan segenap alam semesta. Namun demikian pendekatan dari sisi budaya perlu diawali dengan penyeleksian yang ketat terhadap sisi-sisi gelap yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Pendekatan dari sisi moral dan etika pada prinsipnya merupakan keteladanan bagi orang lain dalam berbuat baik (Titus 2:7) sebab anggota jemaat adalah Surat Kristus (II Kor. 3:3). Keteladanan merupakan suatu strategi yang mudah diterima, menimbulkan penghargaan, dan mengundang kepercayaan.
Pengajaran iman merupakan strategi yang tepat bagi mereka yang ragu-ragu, yang telah merespon misi, maupun yang menghendaki dialog. Namun demikian kita harus jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaan sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita (Titus 2:7b-8).
Pengajaran iman tidak selalu berarti harus ‘berkotbah’ kapan saja, dimana saja, untuk siapa saja, pada kondisi apapun juga ‘Semakin banyak diperkatakan, semakin banyak buahnya’ merupakan strategi pengajaran iman yang harus disikapi dengan matang, disesuaikan dengan aspek: kapan, dimana, siapa, dan kondisinya. Terbukti banyak orang muak dengan kata-kata yang nyinyir, sekalipun tentang ayat-ayat di Alkitab, sekalipun tentang keselamatan. Tetapi sebaliknya banyak orang yang merasa memperoleh pelabuhan yang pas setelah keluhan-keluhannya didengar, wajahnya ditatap dengan penuh kasih, pandangan matanya disambut dengan tatapan yang jernih dan tulus, tanpa kata-kata! Dan esoknya dia merindukan lagi bertemu, dan bertemu.
Dengan demikian strategi misi dengan pendekatan sosial, budaya, moral dan etika, serta pengajaran iman perlu diterapkan secara sadar, terencana, hati-hati, terbuka, terkontrol, dan terevaluasi. Syalom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar